Musik
tradisional Bali yang sering disebut dengan gambelan/gamelan
dalam masyarakat Bali memiliki banyak ragam bentuk dan jenisnya. Adanya beragam
bentuk dan jenis dari gambelan tersebut disesuaikan dengan fungsi dari
masing-masing perangkat gambelan tersebut. Jenis gambelan tersebut antara lain:
Angklung, Gambang, Samara Pegulingan, Gong
Gede, Pegambuhan, Slonding, Gong Luang, Gong Kebyar, Baleganjur dan lain sebagainya.
Dari berbagai jenis gambelan tersebut ada yang bersifat sakral yaitu gambelan yang
hanya diperuntukan sebagai bagian dari upacara tertentu, ada yang bersifat
mengiringi upacara maupun ada yang bersifat sebagai hiburan semata. Gambelan
juga sebagai simbul dari daerah tertentu misalnya dari daerah Kabupaten
Jembrana yang
terkenal dengan gambelan jegog yaitu
perangkat gambelan yang terbuat dari bambu yang berukuran besar yang memiliki
suara yang khas dan juga struktur lagu/gending yang unik.
Satu set perangkat gambelan disebut dengan barungan yaitu istilah yang menyebutkan di
dalam satu set gambelan tersebut terdapat jenis alat musik yang berbeda yang
sudah disesuaikan dalam memainkan sebuah lagu/gending. Dari
masing-masing alat dari gambelan
tersebut memiliki peranan dan fungsi dalam memainkan suatu lagu/gending
sehingga dari masing-masing alat
tersebut memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Adapun alat yang terdapat dalam barungan gambelan gong kebyar seperti kendang, ugal, gangsa, kantil, jublag, jegog, reong, kempluk, kempli,
kempur dan gong dan beberapa suling.
Memainkan ragam alat tersebut penabuh
(orang yang memainkan gambelan) harus memiliki kemampuan/skill dari apa yang
dimainkan sehingga dapat menyajikan suatu gending
dengan irama yang padu satu sama lain. Sebelum suatu gending/lagu dimainkan atau dipentaskan harus terlebih dahulu
antara penabuh diadakan proses
latihan yang sering disebut dengan ngadungan
agar mendapatkan hasil yang harmonis antara yang satu dengan yang lainnya.
Sebagai ajang pembuktian sekha( kelompok kesenian) dalam memainkan gambelan gong kebyar,
Pemerintah Propinsi Bali menyelenggarakan sebuah Festival Gong Kebyar yang
diadakan setiap tahun sekali yang bertepatan dengan Pesta Kesenian Bali (PKB)
yang diikuti oleh sekha perwakilan
dari seluruh kabupaten yang ada di Bali.
Selain sebagai pembuktian dalam menabuh gambelan gong kebyar juga sebagai
upaya pemerintah dalam melestarikan seni dan budaya khususnya budaya bali.
Dalam festival tersebut akan ada para juri yang akan menilai dari penampilan masing-masing
sekhe yang dapat dikategorikan sebagai incep, resik, rontog dan romon.
Incep adalah sebuah yang menyebutkan dalam menabuh gambelan
Bali menghasilkan tetabuhan yang kompak dan rapi. Tabuh yang incep biasanya
dihasilkan oleh sekha yang memiliki
teknik menabuh yang baik seperti megegebug(memukul)
dan metekep(menutup/damping) dan
ditunjang oleh rasa kebersamaan yang tinggi pula.
Resik
merupakan incep-incepan pada tingkat yang paling baik.
Sebuah hasil tetabuhan akan dikatakan resik
apabila sebuah sekha mampu
menghasilkan tabuh yang bersih dalam artian kompak, rapi, jiwa gendingnya(rasa
gending) cocok, ditambah dengan penampilan sekhayang
betul-betul harmonis dengan gending yang sedang dimainakan. Dengan kata lain resik berarti segala-galanya sudah pas/harmonis.
Rontog
artinya kurang rapi. Beberapa hal yang bisa
menyebabkan tetabuhan itu rontogi, misalnya kemampuan teknik dari penabuh yang kurang merata, mungkin
salah seorang penabuh membuat
kesalahan pada saat menabuh bersama atau kekuatan pukulan yang tidak merata pada
saat gendingitu keras atau lemah dan lain-lainnya. Sering sekali kita mendengar
ungkapan “ beh sekhane ene sube ja dueg
megending, kewala metabuh tonden bisa” (wah sekha ini sudah memiliki teknik menabuh yang baik akan tetapi penjiwaan
gendingnya yang masih kurang. Dalam hubungan ini mungkin sekali terjadi bahwa
tempo gendingnya sedikit lebih cepat atau lebih lambat, misalnya seberapakah
kecepatan tabuh jaya semara, teruna jaya, baris atau legong keraton dan
lain-lain haruslah dikuasai dengan baik. Dan tidak pula terjadi penampilan yang
berlebihan (overacting), misalnya
bagaimanakah sikap menabuh pada saat memainkan tabuh petegak, mengiringi tari teruna jaya, mengiringi legong kraton dan seterusnya.
Sedangkan yang terakhir yaitu romon berarti kotor. Dikaitkan dengan incep-incipan romon merupakan
urutan yang paling bawah. Sebagaimana diilustrasikan di atas tetabuhan romon dihasilkan oleh sekha yang belum matang ;misalnya teknik
menabuh yang belum baik, tetekepnya kurang, gendingnya belum hapal dan
sebagainya. Kebiasaan yang sering terjadi dalam suatu pertunjukan bahwa sekha yang menghasilkan tabuh romon akan mendavat hadiah yang besar
dan tepuk tangan yang tidak henti-hentinya.
Jadi
sudah sampai tingkat manakah kemampuan sekha
anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar