Rabu, 30 Oktober 2013

ISTILAH- ISTILAH YANG TERDAPAT DALAM MENABUH GAMBELAN BALI (INCEP, RESIK, RONTOG, ROMON)



Musik tradisional Bali yang sering disebut dengan gambelan/gamelan dalam masyarakat Bali memiliki banyak ragam bentuk dan jenisnya. Adanya beragam bentuk dan jenis dari gambelan tersebut disesuaikan dengan fungsi dari masing-masing perangkat gambelan tersebut. Jenis gambelan tersebut antara lain: Angklung, Gambang, Samara Pegulingan, Gong Gede, Pegambuhan, Slonding, Gong Luang, Gong Kebyar, Baleganjur dan lain sebagainya. Dari berbagai jenis gambelan tersebut ada yang bersifat sakral yaitu gambelan yang hanya diperuntukan sebagai bagian dari upacara tertentu, ada yang bersifat mengiringi upacara maupun ada yang bersifat sebagai hiburan semata. Gambelan juga sebagai simbul dari daerah tertentu misalnya dari daerah Kabupaten Jembrana yang terkenal dengan gambelan jegog yaitu perangkat gambelan yang terbuat dari bambu yang berukuran besar yang memiliki suara yang khas dan juga struktur lagu/gending yang unik.
 Satu set perangkat gambelan disebut dengan barungan yaitu istilah yang menyebutkan di dalam satu set gambelan tersebut terdapat jenis alat musik yang berbeda yang sudah disesuaikan dalam memainkan sebuah lagu/gending. Dari masing-masing alat dari gambelan tersebut memiliki peranan dan fungsi dalam memainkan suatu lagu/gending sehingga dari masing-masing  alat tersebut memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Adapun alat yang  terdapat dalam barungan gambelan gong kebyar seperti kendang, ugal, gangsa, kantil, jublag, jegog, reong, kempluk, kempli, kempur dan gong dan beberapa suling. Memainkan ragam alat tersebut penabuh (orang yang memainkan gambelan) harus memiliki kemampuan/skill dari apa yang dimainkan sehingga dapat menyajikan suatu gending dengan irama yang padu satu sama lain. Sebelum suatu gending/lagu dimainkan atau dipentaskan harus terlebih dahulu antara penabuh diadakan proses latihan yang sering disebut dengan ngadungan agar mendapatkan hasil yang harmonis antara yang satu dengan yang lainnya.
Sebagai ajang pembuktian sekha( kelompok kesenian) dalam memainkan gambelan gong kebyar, Pemerintah Propinsi Bali menyelenggarakan sebuah Festival Gong Kebyar yang diadakan setiap tahun sekali yang bertepatan dengan Pesta Kesenian Bali (PKB) yang diikuti oleh sekha perwakilan dari seluruh kabupaten yang ada di Bali.  Selain sebagai pembuktian dalam menabuh gambelan gong kebyar juga sebagai upaya pemerintah dalam melestarikan seni dan budaya khususnya budaya bali. Dalam festival tersebut akan ada para juri yang akan menilai dari penampilan masing-masing sekhe  yang dapat dikategorikan sebagai incep, resik, rontog dan romon.
Incep adalah sebuah yang menyebutkan dalam menabuh gambelan Bali menghasilkan tetabuhan yang kompak dan rapi. Tabuh yang incep biasanya dihasilkan oleh sekha yang memiliki teknik menabuh yang baik seperti megegebug(memukul) dan metekep(menutup/damping) dan ditunjang oleh rasa kebersamaan yang tinggi pula.
Resik merupakan incep-incepan pada tingkat yang paling baik. Sebuah hasil tetabuhan akan dikatakan resik apabila sebuah sekha mampu menghasilkan tabuh yang bersih dalam artian kompak, rapi, jiwa gendingnya(rasa gending) cocok, ditambah dengan penampilan sekhayang betul-betul harmonis dengan gending yang sedang dimainakan. Dengan kata lain resik berarti segala-galanya sudah pas/harmonis.
Rontog artinya kurang rapi. Beberapa hal yang bisa menyebabkan tetabuhan itu rontogi,  misalnya kemampuan teknik dari penabuh yang kurang merata, mungkin salah seorang penabuh membuat kesalahan pada saat menabuh bersama atau kekuatan pukulan yang tidak merata pada saat gendingitu keras atau lemah dan lain-lainnya. Sering sekali kita mendengar ungkapan “ beh sekhane ene sube ja dueg megending, kewala metabuh tonden bisa” (wah sekha ini sudah memiliki teknik menabuh yang baik akan tetapi penjiwaan gendingnya yang masih kurang. Dalam hubungan ini mungkin sekali terjadi bahwa tempo gendingnya sedikit lebih cepat atau lebih lambat, misalnya seberapakah kecepatan tabuh jaya semara, teruna jaya, baris atau legong keraton dan lain-lain haruslah dikuasai dengan baik. Dan tidak pula terjadi penampilan yang berlebihan (overacting), misalnya bagaimanakah sikap menabuh pada saat memainkan tabuh petegak, mengiringi tari teruna jaya, mengiringi legong kraton dan seterusnya.
Sedangkan yang terakhir yaitu romon berarti kotor. Dikaitkan dengan incep-incipan romon merupakan urutan yang paling bawah. Sebagaimana diilustrasikan di atas tetabuhan romon dihasilkan oleh sekha yang belum matang ;misalnya teknik menabuh yang belum baik, tetekepnya kurang, gendingnya belum hapal dan sebagainya. Kebiasaan yang sering terjadi dalam suatu pertunjukan bahwa sekha yang menghasilkan tabuh romon akan mendavat hadiah yang besar dan tepuk tangan yang tidak henti-hentinya.
Jadi sudah sampai tingkat manakah kemampuan sekha anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar